Hmmm... kemarin aku sempat berpikir aneh sekali. Nggak tahu asalnya dari mana, kok bisa sampai begitu. Sepertinya gara-gara stress 4 jam berdiri ngantri di kantor imigrasi, tapi nggak dapet visa juga, hiks...
Kurang lebihnya begini...Kita sekarang hidup. Kita makan, minum, banting tulang, menggali ilmu, berusaha meningkatkan diri, dan lain sebagainya. Tapi suatu saat kita pasti mati. Manusia mana yang tidak bisa mati?
Ketika mati, kita tidak membawa uang yang kita usahakan selama hidup, walau sepeser. Ratusan hektar tanah tidak berguna, hanya sepetak tanah yang kita huni. Di kubur, kita sendiri, tanpa anak istri. So, buat apa kita susah-susah banting tulang bekerja, belajar, dan berusaha?
Kita sering melupakan hari itu. Hari yang tak dapat diundur ataupun diajukan sedetikpun. Tatkala Izrail menjemput ruh. Akankah kita menatap wajahnya yang ramah atau menyeramkan. Malaikat yang tidak bisa disogok. Waktu yang tidak bisa dikorupsi.
Acapkali kita bertingkah. Seolah-olah kita tidak berawal dan tidak berakhir. Seakan-akan hidup kita tidak akan pernah dibangkitkan kembali. Pangkat, harta, ilmu...Pandangan kita seperti terbentur pada sebuah tembok. Dan tembok itu bernama dunia.
Padahal di sana masih ada hidup yang abadi. Masih ada surga memuji atau neraka memaki.
Padahal di sana perhitungan dimulai. Bukan harta atau ilmu berarti. Namun amalan yang shalih.
Ketika itu tidak ada yang berbicara. Bukan manusia, bukan pula jin, setan, atau malaikat. Kecuali yang diizinkan oleh Allah.
Ketika wajah hitam
atau bersih bercahya
Tangan dan kaki bersaksi
Mambela atu menghujat diri
Syafaat yang dinanti...